7 Januari 2013

Energi psikis adalah faktor dominan keberhasilan seseorang


Kecepatan pencapaian keberhasilan, di bidang apa saja, berbanding lurus dengan tingkat dan intensitas kemurnian energi psikis seseorang.
-Adi W. Gunawan

Ada lompatan pemahaman dan perluasan cakrawala pikir tentang spiritualitas, dengan menemukan pemahaman luar biasa yang—menurut saya—merupakan rahasia pencapaian keberhasilan yang selama ini tidak pernah dijelaskan secara ilmiah dan terstruktur. Pemahaman ini yang ingin saya bagikan pada Anda.

Hasil penelitian selama lebih dari 20 tahun mengenai level energi yang berhubungan dengan spiritualitas (Peta Kesadaran). Dalam artikel ini saya menarik benang merah antara level energi psikis dengan proses materialisasi.

Berikut adalah hasil pengukuran level energi berbagai kondisi emosi manusia (ingat, segala sesuatu di bawah baseline 200 adalah bersifat buruk):

Rasa malu (20), rasa bersalah (30), apatis (50), kesedihan mendalam (75), takut (100) keinginan (125), marah (150), bangga (175), berani (200), netralitas (250), kemauan (310), penerimaan (310), berpikir (400), cinta (500), bahagia (540), damai (600), dan pencerahan (700-1.000).
Sekarang mari kita lihat contoh kasus di atas. Pada pertanyaan pertama, saat kita sangat ingin mencapai target maka saat itu kita berada pada level energi 125 (di bawah 200). 

Semakin kita bernafsu maka semakin kita melekat atau terikat pada keinginan itu dan semakin drop energi kita.

Mengapa justru pada saat kita pasrah dan menyerahkan semua hasil kepada Yang Di Atas kita malah dapat mencapai hasil dengan sangat cepat dan maksimal? Jawabannya, coba Anda lihat skala di atas. Saat kita menerima apa pun hasilnya, saat kita tidak melekat pada target dan keinginan, saat kita pasrah, maka level energi kita langsung naik ke netralitas (250), selanjutnya ke penerimaan (310). Artinya, kita menerima apa pun hasil yang kita capai.

Untuk pertanyaan kedua, mengenai rasa bangga (pride), dengan melihat pada skala di atas maka Ada tahu bahwa bangga berada pada skala 175. Juga berada di bawah 200.

Pikiran dan materi saling terkait. Pikiran menciptakan materi. Segala sesuatu diciptakan dua kali. Pertama di pikiran. Selanjutnya, setelah melalui proses dan sudah tentu membutuhkan waktu, baru akan menjadi realitas fisik. Untuk bisa mempercepat proses manifetasi maka kita perlu menyelaraskan pikiran kita dengan Supra Sadar. Salah satu caranya adalah dengan berusaha meningkatkan energi psikis kita.

Skala level energi yang saya jelaskan di atas, bila diperhatikan dengan sungguh-sungguh, sebenarnya merupakan level perkembangan spiritual seseorang. Semakin tinggi level energinya, yang sudah tentu hanya bisa dicapai bila seseorang mempunyai tingkat spiritual yang baik, maka akan semakin mudah untuk memanifestasi suatu keinginan. Sudah tentu keinginan ini harus sejalan dengan prinsip-prinsip hukum alam.

Hal ini menjawab fenomena mengapa saat kita minta bantuan doa dari orang yang level spiritualnya tinggi maka doa itu akan sangat cespleng alias manjur. Sebaliknya biar yang doain itu orang satu kampung, kalo level spiritualnya nggak bagus maka nggak akan ada hasilnya.

Selanjutnya kita perlu menyadari bahwa alam mempunyai mekanisme sendiri dalam memanifestasikan apa yang ada di pikiran kita. Kita nggak bisa dan nggak boleh memaksa kemauan kita. Kalau kita memaksa maka kita berada pada level energi 125 (keinginan yang menjadi kemelekatan). Sebaliknya kita harus yakin dan pasrah. Semakin yakin dan pasrah kita maka akan semakin cepat terciptanya realitas fisik.
Orang yang sukses, tidak hanya di bidang finansial, bisa bidang apa saja, apabila sukses ini dicapai dengan cara yang tidak benar maka pasti ia akan mengalami hal-hal negatif pada aspek lain dari hidupnya. Bisa saja dia sangat kaya. Namun coba lihat kehidupan keluarganya, bagaimana kondisi mental dan emosinya, bagaimana relasinya dengan keluarga dan orang di sekitarnya, bagaimana dengan ketenangan batin/hatinya, bagaimana dengan kesehatan fisiknya? Singkat kata, segala sesuatu yang dicapai tidak dengan cara yang benar maka pasti akan ada efek samping yang tidak baik. Tidak ada satu pun orang yang bisa lepas dari hukum alam semesta baja, Hukum Sebab Akibat


Semoga bermanfa'at.

Sumber: Artikel terkait

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. @Ochieed boneng Terima kasih mas Ochieed boneng udah berkenan berkunjung ke blog saya. Matur suwun mas dan salam kenal..

    BalasHapus