Mata Ketiga senantiasa dikaitkan dengan kemampuan untuk melihat secara
visual atau gambar. Padahal sebenarnya tidak demikian. Mata Ketiga
sebenarnya merupakan salah satu Organ Intuisi atau Indra Ke-enam manusia
yang terletak di otak yang di sebut dengan God Spot atau Kelenjar
Pineal Gland.
Manusia sebenarnya memiliki enam indera. yang lima indera disebut
sebagai panca indera, sedangkan yang keenam disebut sebagai indera ke
enam. Panca indera terdiri dari mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit.
Mata digunakan untuk melihat. Dan hanya bisa melihat ketika ada
pantulan cahaya dari benda yang ingin dilihat ke mata kita. Jika tidak
ada pantulan cahaya, meskipun ada benda di depan kita, benda tersebut
tidak bisa kita. lihat. Misalnya dalam kegelapan yang sangat, kita pun
tidak mampu melihat tangan kita sendiri.
Indera penglihatan ini memiliki berbagai keterbatasannya. la hanya mampu
melihat jika ada pantulan 'cahaya Tampak' pada frekuensi 10 pangkat 14
Hz. Ia tidak bisa melihat benda yang terlalu jauh. la juga tidak bisa
melihat benda yang terlalu kecil seperti atom atau elektron. Juga tidak
bisa melihat benda-benda di balik tembok.
Bahkan mata kita gampang tertipu dengan berbagai kejadian, misalnya
fatamorgana. Atau juga pembiasan benda lurus di dalam air, sehingga
kelihatan bengkok. Dan lain sebagainya.
Penglihatan oleh mata kita sangatlah kondisional, dan tidak
'menceritakan' fakta yang sesungguhnya kepada otak kita. Ambillah
contoh, gunung kelihatan biru bila kita lihat dari jauh. Padahal fakta
yang sesungguhnya : pepohonan di gunung itu berwarna hijau. Contoh lain,
bintang-bintang di langit kelihatan sangat kecil dan berkedip-kedip.
Padahal sesungguhnya ia sangatlah besar, ratusan sampai ribuan kali
lebih besar dibanding bumi yang kita tempati dan tidak berkedip-kedip.
Juga jika kita menganggap bahwa besi adalah benda padat yang massif dan
diam. Pada kenyataannya, besi itu berisi jutaan elektron yang bergerak
berputar-putar dan penuh dengan lubang. Dan masih banyak lagi contoh
lainnya yang membuktikan bahwa penglihatan kita ini mengalami distrorsi
alias penyimpangan yang sangat besar.
Namun demikian mata inilah yang kita gunakan untuk memahami dunia kita.
Ya, dunia di luar diri kita. Mata tidak bisa kita gunakan untuk
'melihat' dunia di dalam diri kita, seperti pikiran dan kehendak.
Keterbatasan penglihatan kita ini sebenarnya karunia dari Allah.
Bayangkan jika penglihatan kita tidak terbatas. Kita pasti bisa melihat
jin, bisa melihat manusia lain di balik tembok, atau melihat
elektron-elektron pada air yang mau kita minum, atau melihat
molekul-molekul udara yang mau kita hirup untuk bernafas. Hidup kita
akan sangat kacau dan menakutkan...
Telinga, demikian pula adanya. Telinga adalah alat kelengkapan
kita untuk memahami suara yang berasal dari dunia di luar diri kita.
Telinga juga memliki berbagai keterbatasannya. la hanya bisa mendengar
suara dengan frekuensi 20 s/d 20.000 Hertz (getaran per detik). Suara
yang memiliki frekuensi tersebut akan menggetarkan gendang telinga kita,
untuk kemudian diteruskan ke otak oleh saraf-saraf pendengar. Maka,
hasilnya kita bisa 'mendengar' frekuensi suara yang berasal dari dunia
luar kita itu.
Jika ada suara-suara yang getarannya di luar frekuensi tersebut (lebih
tinggi atau pun lebih rendah) maka kita tidak akan bisa mendengarnya.
Misalnya suara kelelawar dengan frekuensinya yang sangat tinggi. Atau
juga suara belalang. Dan beberapa jenis suara lainnya.
Kita juga tidak mampu menangkap suara yang terlalu lemah intensitasnya,
seperti orang yang berbisik. Atau, kita juga tidak mampu menangkap suara
yang terlalu jauh sumbernya dari kita. Juga tidak mungkin kita mampu
menangkap suara-suara pada frekuensi sangat tinggi, seperti pada
gelombang radio, dan lain sebagainya.
Pada intinya, telinga kita memiliki keterbatasannya. Sebagaimana mata,
juga sering mengalami distorsi alias penyimpangan. Di tempat yang riuh
misalnya, telinga kita tidak mampu menangkap pembicaraan dengan volume
normal. Dan jika digunakan untuk mendengar suara yang terlalu keras,
gendang telinga kita bisa mengalami kerusakan.
Allah memberikan batas pendengaran kita sebagai karunia dan rahmat.
Bayangkan jika pendengaran kita tidak dibatasi, maka kita akan bisa
mendengarkan suara-suara berbagai binatang malam. Juga kita bisa
mendengarkan suara jin, dan lain sebagainya. sehingga kita pasti tidak
akan bisa tidur karenanya...
Indera yang ketiga adalah hidung. Indera ini digunakan untuk
memahami bau. Gas yang mengandung partikel-partikel bau menyentuh
ujung-ujung saraf pembau di lubang hidung kita bagian dalam. Maka,
dikatakan kita bisa membaui benda atau masakan tertentu, karena
rangsangan yang ditangkap oleh saraf pembau itu akan diteruskan ke otak
kita, dan kemudian memberikan 'kesan' bau tertentu kepada kita.
Namun ini juga memiliki berbagai keterbatasannya, serta memberikan
distorsi yang beragam. Jika kita membaui aroma yang terlalu 'pedas'
misalnya, maka hidung kita akan bersin-bersin. Demikian pula jika kita
membaui aroma busuk terlalu lama, maka hidung kita akan beradaptasi dan
kemudian memberikan kesan bahwa aroma tersebut tidaklah busuk lagi. Dan
sebagainya.
Dan kemudian indera pengecap dan peraba, yaitu lidah dan Kulit.
Lidah digunakan untuk mengecap rasa, sedangkan kulit digunakan untuk
merasakan kasar halusnya sebuah benda. Sebagaimana indera indera
sebelumnya, maka kedua indera ini juga memiliki banyak keterbatasan
dalam memahami fakta yang ada di luar dirinya.
Kalau kulit kita dibiasakan dengan benda kasar terus dalam kurun waktu
yang panjang, maka kepekaan kulit kita untuk memahami benda yang halus
juga akan berkurang. Kalau kulit dibiasakan dengan suhu panas dalam
kurun waktu yang lama, maka ia juga tidak mampu mendeteksi suhu dingin
dengan baik. Begitu juga dengan kemampuan lidah kita. Dalam kondisi
terlalu pedas, misalnya, kepekaan lidah kita akan sangat berkurang. Dan
lain sebagainya.
Dengan berbagai penjelasan di atas, saya hanya ingin menunjukkan kepada
pembaca bahwa indera kita bekerja dalam keadaan yang sangat kondisional,
dan kurang bisa dipercaya. Juga memiliki keterbatasan-keterbatasan yang
sangat sempit dalam memahami fakta yang sesungguhnya. terjadi. Panca
indera hanya bisa digunakan untuk melihat 'Dunia Luar' dalam kondisi
yang sangat terbatas!
Sebenarnya, manusia memiliki indera yang jauh lebih hebat dibandingkan
dengan panca inderanya. Itulah Indera ke enam. Setiap orang memiliki
indera ke enam yang bisa berfungsi melihat, mendengar, meraba,
merasakan, dan membaui sekaligus.
Jadi MATA KETIGA = INDRA KE ENAM.
Dan itu tidak melulu soal melihat secara gambar atau visual, tetapi bisa
juga bersifat mendengar, meraba, merasakan, dan membaui sekaligus. Dan
potensi ketajaman Indra Keenam tiap orang tidak sama.
- Ada yang Dominan Potensi Melihat, atau Indra keenamnya berbakat di bidang penglihatan gaib.
- Ada yang Dominan Potensi Mendengar, atau Indra keenamnya berbakat di bidang pendengaran gaib.
- DLL.
Dengan memahami ini, maka kita tidak akan iri dengan kemampuan
orang lain. Tetapi kita akan lebih fokus memaksimalkan ketajaman indra
keenam yang kita miliki...
Tumbuhkan Kesadaran untuk mensyukuri setiap anugerah yang telah
diberikan Tuhan kepada kita. Maka potensi diri kita akan semakin
ditingkatkan oleh Allah swt...
Kenapa tidak semua kita bisa menggunakan Indra keenamnya? ya, karena
kita tidak melatihnya. Sejak kecil, setiap manusia memiliki indera ke
enamnya, dan berfungsi dengan baik. Karena itu, seorang bayi bisa
melihat dunia Dalamnya. la menangis dan tertawa sendiri, karena melihat
ada 'Dunia Lain', selain yang bisa 'dilihat' oleh panca indera orang
dewasa. Seorang anak sampai usia balita bisa melihat dunia jin.
Akan tetapi seiring dengan pertambahan waktu, kemampuan indera ke enam
kita itu menurun drastis. Sebabnya adalah orang tua kita tidak melatih
indera ke enam kita itu. Mereka lebih melatih panca indera kita untuk
memahami 'Dunia Luar'. Orang tua kita lebih risau jika kita tidak bisa
memfungsikan panca indera ketimbang indera yang ke enam. Padahal
kemampuan indera ke enam ini jauh lebih dahsyat.
Kita bisa membuktikannya pada beberapa orang yang mengalami masalah
dengan penglihatannya, tetapi ia memiliki 'perasaan' (feeling) yang
lebih kuat dibandingkan dengan orang normal.
MATA HATI
Sasaran
penggarapan peribadatan dalam Islam adalah Hati. Sebelumnya juga telah
dijelaskan bagaimana cara melembutkan hati agar bisa memunculkan aura
jernih, yang menjadi ciri khas ahli Surga nantinya.
Disisi lain Allah juga memberikan gambaran bahwa hati ternyata menjadi
indera utama kita ketika hidup di akhirat nanti. Hal tersebut
dikemukakan oleh Allah di dalam ayat berikut,
"Dan barangsiapa di dunia ini buta hatinya, maka di akhirat nanti juga akan buta,dan lebih sesat lagi jalannya." QS. Al Israa:72
Sangat jelas Allah memberikan gambaran dalam ayat di atas bahwa kalau
hati kita buta di dunia ini, maka nanti di akhirat kita tidak akan bisa
melihat, dan kemudian hidup kita menjadi sangat susah di sana karena
tidak tahu jalan. Tersesatlah kita. Kenapa bisa demikian? Bagaimana
menjelaskannya?
Dan yang menarik, Allah mengatakan di dalam ayat di atas bahwa kehidupan akhirat nanti akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan
MATA HATI.
Barang siapa buta hatinya di dunia, maka di akhirat nanti akan buta
juga, bahkan lebih sesat lagi jalannya. Kenapa demikian? Karena memang
panca indera kita itu tidaklah bisa diandalkan untuk memahami kenyataan.
Apalagi untuk
'bertemu' Allah.
Apa yang kita lihat sekarang ini, bukanlah fakta yang sebenarnya dari
kehidupan ini. Apa yang kita dengar, juga bukanlah fakta yang sebenarnya
dari alam sekitar ini. Semua yang kita pahami lewat panca indera kita
di dunia ini sebenarnya bukanlah fakta yang sesungguhnya. Fakta yang
sesungguhnya akan terungkap ketika kita hidup di akhirat.
Allah berfirman : "Pada hari terbongkar segala rahasia...." (QS. At Thaariq : 9)
"Pada hari mereka mendengar suara dengan sebenarnya. Itulah hari keluar dari kubur" (QS. Qaaf:42)
"Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini maka
Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka
penglihatanmu pada hari itu amat tajam" (QS. Qaaf:22)
Ketiga ayat tersebut di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa
pendengaran dan penglihatan yang sebenarnya itu adalah ketika, kita
berada di alam akhirat. Pendengaran dan penglihatan di dunia ini serba
menipu. Pada saatnya nanti, yang tidak nampak kini, akan dinampakkan
oleh Allah.
Kenapa demikian? Karena alam akhirat adalah alam berdimensi 9 di langit
yang ketujuh yang memungkinkan kita untuk melihat alam berdimensi lebih
rendah langit 1 sampai dengan langit 6 dengan lebih gamblang.
Kita, manusia, hidup di langit pertama yang berdimensi 3. Sedangkan
bangsa jin, menempati langit kedua yang berdimensi 4. Dan malaikat
adalah makhluk Allah yang bisa bergerak lintas dimensi, sampai ke langit
yang ketujuh.
Akan tetapi secara ringkas, saya ingin mengatakan bahwa di alam akhirat
yang berdimensi 9 itu kita, tidak bisa menggunakan panca indera kita.
Seperti halnya, kita tidak bisa melihat jin dan malaikat dengan mata
kita. Bisanya hanya dengan indera ke enam. Apalagi untuk 'melihat'
Allah. Mata kita tidak berfungsi. Allah hanya bisa 'dilihat' dengan mata
batin, alias Hati.
Karena itu, orang yang tidak melatih hatinya saat hidup di dunia
sehingga hatinya tertutup maka mereka akan dibangkitkan Allah di akhirat
nanti dalam keadaan buta. Hal ini diungkapkan Allah dalam ayat-ayat
berikut.
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada
hari kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thahaa:124)
"Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, dialah yang mendapat petunjuk
dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak akan
mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan Kami akan
mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam
keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka
Jahannam. Tiap-tiap kali nyala api Jahanam, itu akan padam Kami tambah
lagi bagi mereka nyalanya." (QS. Israa:97)
Bagaimana cara melatih hati kita agar terbuka? Banyak banyaklah
melakukan berbagai peribadatan yang diajarkan Rasulullah kepada kita,
seperti shalat yang khusyuk, puasa, dzikir, berhaji, dan lain sebagainya
dengan tulus dan ikhlas
MATA KETIGA DAN MATA HATI
Mata Ketiga berpusat di kelenjar Pineal Gland di otak kita. Sedangkan
Mata Hati berpusat di Qolbu (Jantung) kita. Mata ketiga yg berpusat Di
Pineal Gland mempunyai saluran yg terhubung dg Lathoif Qalbu yg ada di
titik kepala jantung. Spiritualis non muslim menyatakan bahwa yg menjadi
kepalanya (intinya) adalah pineal gland, sedangkan yg menjadi ekornya
ada di jantung. Tapi menurut saya justru kebalikannya, yg berada di
pineal gland itulah yg ekor, sedangkan pusatnya yg berada di Qalbu.
Maknanya, orang yg berlatih hanya meditasi mata ketiga belum tentu mampu
mengaktifkan Lathoif Qolbunya, makanya mereka bilang Qalbu itu hanya
ekor atau potensinya kecil. Itu karena mereka tidak mampu untuk mengolah
lathoif qolbu. Sehingga menjadi wajarlah bila mereka tidak mampu
menangkap kebenaran Tauhid dalam Islam.
Sedangkan bagi orang yg melatih Qolbunya, secara otomatis mata ketiganya
atau Kelenjar Pineal Gland teraktivasi, jadi kesimpulannya mata ketiga
itulah yg mengekor kepada Qalbu...
Sedangkan titik Lathoif Qolbu itu sendiri adalah titik ujung terluar
dari jembatan penghubung yg menghubungkan alam Materi dengan Alam Maha
Kosmos (Arsy/Alam Ketuhanan), yg rahasianya hanya diketahui oleh para
pewaris Rasulullah Muhammad SAW. Dengan mengolah Mata Hati ini, maka
tidak hanya indra keenam kita yang semakin tajam. Tetapi hati kita juga
akan menjadi semakin jernih sehingga dapat menangkap kebenaran Tauhid
dalam Islam. Memahami kebenaran Dua Kalimah Syahadat secara Hakiki.
Tidak hanya bersaksi atas ke-esaan Tuhan, tetapi juga bersaksi atas
kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Makanya, tdk heran perbedaan konsep ini juga berpengaruh pd perbedaan
filosofi. Yang mana terkait dg ketauhidan yg terbagi menjadi dua
filosofi, yaitu Beriman kpd Allah sebagai Dzat Pencipta alam semesta.
Dan ini sesuai dg Al Quran. Dan beriman kpd Tuhan dlm konsep emanasi,
yaitu makhluk dlm derajat Ruh (Sejatinya Diri/Higher Self) adalah
merupakan emanasi dari Dzat Tuhan. Dan filosofi ini sgt dipengaruhi oleh
konsep agama Hindu Budha dan faham Manunggaling Kawulo Gusti.
Jadi walupun agamanya islam, bila metode spiritualnya menjadikan cakra
ajna & cakra mahkota ataupun pineal gland sbg pusat spiritulitasnya.
Maka bs dipastikan secara ruhaniah dia akan tercetak utk mempunyai
mindset faham emanasi, wihdatul wujud. Karena dia merasa diri sebagai
bagian instrinsik dari Dzat Tuhan yang dalam hal ini Tuhan itu identik
dengan Alam semesta.
Dari sini pulalah Konsep Nur Muhammad terpecah menjadi dua. Yaitu Nur
Muhammad adalah semata-mata sebagai Inti & Ibu dari Energi Alam
Semesta. Oleh karenanya siapapun saja tanpa memandang agamanya apa, akan
dapat terhubung dengan Nur Muhammad ini. Asal dia sudah cukup mumpuni
dalam melatih spiritualnya.
Sedangkan Konsep kedua memandang bahwa tidak semua manusia secara
otomatis dapat mengakses Nur Muhammad, walaupun dia sudah sangat hebat
dalam mengolah spiritualnya. Bila tidak mewarisi Nur Muhammad yang
diwarisi dari Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Sebagai wasilah atau
frekwensi pembawa ruhaninya untuk terhubung dengan Nur Muhammad. Serta
sebagai wasilah untuk mendewasakan Ruhaninya mencapai derajat
keseimbangan yang sempurna dalam Hakekat Muhammadiyah atau Insan Kamil.
Jadi dalam konsep kedua ini Nur Muhammad mempunyai dua definisi, yaitu
sebagai Inti & Ibu dari Energi Alam Semesta dan sebagai Al-Wasilah.
Dan yang pasti konsep kedua ini menyatakan bahwa Nur Muhammad bukanlah
Dzat Tuhan, Jadi Nur Muhammad hanyalah sekedar Makhluk Ciptaan Allah
yang paling awal dan paling sempurna.
Adapted from: NAQSDNA