Begitu indah dan istimewanya perjalanan Isro wal mi'rooj, mempesonakan hati yamg mencari-cari keteduhan dibalik penghambaan kepada Allah SWT. Menghadirkan renungan dalam makna sambung komunikasi dengan Allah Yang Maha Agung yang terurai dalam kekhusyuan Sholat.
Dimulai dari kebingungan Rasullah SAW untuk bersalam kepada Allah
SWT, hingga Allah SWT mewahyukan salam yang tepat dari hamba untukNya
yaitu Attahiyyatul mubarokatush sholawaatuth thoyyibaatu lillah (salam
sejahtera yang penuh barokah dan salam sejahtera yang amat baik adalah
milik Allah SWT) Kemudian salam itu diabadikan dalam Sholat yang di bawa
oleh Rasulullah SAW dari perjalanan Isra Mi'raj. Hingga seorang hamba
yang menghadap kepada Allah SWT didalam sholat ia harus mengucapkan
salam tersebut untuk keabsahan sebuah penghambaan dan penghadapan.
Setelah bersalam kepada Allah sang pencipta,ternyata tidak cukup
penghadapan seorang hamba kepada Allah SWT jika yang dihadirkan adalah
hanya penggalangan jalinan baik kepada Allah SWT saja. Akan tetapi
seorang hamba harus melanjutkan bacaan tasyahudnya dan mengucapkan,
Assalamu alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarokatuh (Salam
sejahtera,barokah dan rahmat Allah semoga terlimpah kepadamu wahai Nabi
Muhammad SAW).
Israa secara lughawi adalah memperjalankan seseorang pada waktu
malam. Sedangkan secara syar’i: Perjalanan Jibril membawa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pada waktu malam dari Makkah menuju Masjid Al-Aqsha.
Sedangkan Mi’raj adalah: Alat yang digunakan untuk naik. Atau lebih mudahnya disebut tangga, lift, dan semacamnya. Ini makna secara lughawi. Sedangkan makna secara syar’i adalah: Tangga yang digunakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk naik dari bumi ke langit. Tangga ini tidak diketahui seperti apa bentuknya. Maka statusnya seperti barang-barang ghaib lainnya. Kita beriman padanya tanpa menyibukkan diri seperti apa sifatnya.
Isra’ Mi’raj ini terjadi dengan jasad dan ruh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Yakni beliau tidak dalam keadaan bermimpi atau berkhayal. Tapi beliau melakukan perjalanan ini dalam keadaan sadarkan diri, dengan jati diri seorang manusia. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya dengan sebutan “Bi’abdihi” pada ayat berikut:
Hadis Abu Dzar Radhiyallaahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Atap
rumahku dibuka saat saya di Makkah. Maka turunlah Jibril dan membelah
dada saya, kemudian mencucinya dengan air Zamzam. Lalu dia membawa
bejana dari emas yang penuh dengan hikmah dan iman. Ia menuangkan
bejana itu dalam dada saya. Lalu Jibril menutupnya kembali. Setelah itu
Jibril menggenggam tangan saya dan naik bersama saya ke langit dunia.
Ketika saya sudah sampai langit dunia, Jibril berkata kepada penjaga
langit: ‘Bukalah!’. Penjaga langit berkata: ‘Siapakah ini?’, Jibril
menjawab: ‘Ini adalah Jibril’. Penjaga langit bertanya lagi: ‘Apakah ada
seseorang bersamamu?’, Jibril menjawab: ‘Iya, bersama saya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam‘.
Penjaga langit bertanya lagi: ‘Apakah ia sudah diutus?’. Jibril
menjawab: ‘Sudah’. Ketika langit sudah dibuka, kami terus naik melewati
langit dunia. Rupanya di sana ada seseorang sedang duduk. Di sebelah
kanannya terdapat hitam-hitam dan di sebelah kirinya juga terdapat
hitam-hitam. Ketika melihat ke sebelah kanan, ia tertawa dan ketika
melihat sebelah kirinya, ia menangis. Ia berkata: ‘Selamat datang kepada
Nabi yang shalih dan putera yang shalih’. Saya bertanya kepada Jibril:
‘Siapa orang ini?’, Jibril menjawab: ‘Ini adalah Adam, sementara
hitam-hitam yang di sebelah kanan dan kirinya adalah roh anak-anaknya.
Yang berada di sebelah kanan dari mereka adalah penduduk Surga,
sedangkan orang-orang yang di sebelah kirinya adalah penduduk Neraka.
Karenanya setiap melihat arah kanan ia tertawa dan saat melihat arah
kiri dia menangis’. Adam terus seperti itu hingga Jibril membawa saya
naik ke langit kedua. Dia berkata kepada penjaganya: ‘Bukalah!’, penjaga
langit kedua bertanya seperti pertanyaan penjaga langit pertama, maka
langit pun dibuka.”
Anas berkata: “Nabi menyebutkan bahwa di langit beliau bertemu Nabi Adam, Nabi Idris, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Ibrahim shalawatullah ‘alaihim. Tapi beliau tidak menjelaskan bagaimana kedudukan mereka. Beliau hanya menjelaskan bertemu Nabi Adam di langit dunia dan berjumpa Nabi Ibrahim di langit keenam.”
Anas berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika Jibril bersama Nabi melewat Nabi Idris, Nabi Idris berkata: ‘Selamat datang kepada Nabi yang shalih dan saudara yang shalih’. Saya bertanya: ‘Siapakah ini?’, Jibril menjawab: ‘Ini adalah Idris’. Kemudian saya melewati Nabi Musa Alaihissalam. Dia berkata: ‘Selamat datang kepada Nabi yang shalih dan saudara yang shalih’. Saya bertanya: ‘Siapakah ini?’, Jibril menjawab: ‘Ini adalah Musa’. Kemudian saya melewati Nabi Isa. Dia berkata: ‘Selamat datang kepada Saudara yang shalih dan Nabi yang shalih’. Saya bertanya: ‘Siapakah ini?’. Jibril menjawab: ‘Ini adalah Isa’. Kemudian saya melewati Nabi Ibrahim. Dia berkata: ‘Selamat datang kepada Nabi yang shalih dan putera yang shalih’. Saya bertanya: ‘Siapakah ini?’, Jibril menjawab: ‘Ini adalah Ibrahim Shallallahu ‘alaihi wasallam‘. Kemudian saya terus dibawa naik hingga saya berada di atas dataran yang di situ saya mendengar suara goresan pena.
Kemudian Allah mewajibkan lima puluh kali shalat kepada umatku. Maka saya kembali dengan kewajiban itu hingga saya melewati Nabi Musa. Musa bertanya: ‘Apa yang diwajibkan Allah kepadamu untuk umatmu?’. Saya menjawab: ‘Dia mewajibkan lima puluh kali shalat’. Nabi Musa berkata: ‘Kembalilah kepada Tuhanmu! Sesungguhnya umatmu tidak akan kuat mengerjakan hal itu’. Maka Tuhanku memberi keringanan dengan menggugurkan sebagiannya. Kemudian saya kembali kepada Musa.
Saya berkata: ‘Allah sudah menggugurkan sebagiannya. Musa berkata: ‘Kembalilah pada Tuhanmu! Sesungguhnya umatmu tidak akan kuat melaksanakannya’. Saya kembali kepada Allah, maka Dia berkata: ‘Itu adalah lima kali. Tetapi lima puluh dalam pahalanya, sudah tidak akan diubah perkataanKu ini’. Lalu saya kembali kepada Musa. Dia berkata: ‘Kembalilah kepada Tuhanmu!’. Saya berkata: ‘Saya malu kepada Tuhanku’. Kemudian Jibril membawa saya hingga saya sampai di Sidratul Muntaha. Ia diselimuti banyak warna, saya tidak tahu apa itu. Kemudian saya dimasukkan dalam Surga. Rupanya Surga itu kubahnya terbuat dari mutiara dan tanahnya adalah kesturi.” (HR. Al-Bukhari, (8) Kitab Ash-Shalah, (1) Bab: Kaifa furidhat Ash-Shalaah fi Al-Israa’)
Isra’ Mi’raj ini terjadi pada satu malam yang sama. Inilah pendapat jumhur (mayoritas) ulama’. Dari Hadis Isra’ dan Mi’raj ini, menjadi jelas bagi kita bahwa kebanyakan ajaran Islam ini bersumber pada keimanan dan bukan pada nalar logika kita. Andaikan kita hanya mempercayai perkara yang diterima oleh akal kita, tentu kita mengingkari banyak ajaran Islam. Seperti iman kepada azab dan nikmat kubur, iman kepada Isra’ dan Mi’raj, iman kepada Surga, Neraka, dan sesungguhnya keduanya sekarang sudah ada, iman kepada Hari Kiamat, juga iman kepada seluruh yang ghaib lainnya.
Semoga bermanfa'at...
Sedangkan Mi’raj adalah: Alat yang digunakan untuk naik. Atau lebih mudahnya disebut tangga, lift, dan semacamnya. Ini makna secara lughawi. Sedangkan makna secara syar’i adalah: Tangga yang digunakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk naik dari bumi ke langit. Tangga ini tidak diketahui seperti apa bentuknya. Maka statusnya seperti barang-barang ghaib lainnya. Kita beriman padanya tanpa menyibukkan diri seperti apa sifatnya.
Isra’ Mi’raj ini terjadi dengan jasad dan ruh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Yakni beliau tidak dalam keadaan bermimpi atau berkhayal. Tapi beliau melakukan perjalanan ini dalam keadaan sadarkan diri, dengan jati diri seorang manusia. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya dengan sebutan “Bi’abdihi” pada ayat berikut:
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Isra’: 1)
Kata “Bi’abdihi” (hambaNya) menunjukkan beliau saat itu adalah
seorang manusia. Sebab jika jasad saja maka disebut mayit dan jika roh
saja maka tidak akan disebut hamba. Sebab hamba terdiri dari unsur roh
dan jasad. Inilah manhaj Ahlussunnah wal jamaah. Dan andaikan Isra’
mi’raj terjadi saat Nabi dalam mimpi, tentu orang-orang kafir tidak akan
mendustakannya.
Inilah kisah isra wal mi'raaj Al-Musthofa SAW berdasarkan hadits Abu Dzar Radhiyallaahu ‘anhu:
Anas berkata: “Nabi menyebutkan bahwa di langit beliau bertemu Nabi Adam, Nabi Idris, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Ibrahim shalawatullah ‘alaihim. Tapi beliau tidak menjelaskan bagaimana kedudukan mereka. Beliau hanya menjelaskan bertemu Nabi Adam di langit dunia dan berjumpa Nabi Ibrahim di langit keenam.”
Anas berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika Jibril bersama Nabi melewat Nabi Idris, Nabi Idris berkata: ‘Selamat datang kepada Nabi yang shalih dan saudara yang shalih’. Saya bertanya: ‘Siapakah ini?’, Jibril menjawab: ‘Ini adalah Idris’. Kemudian saya melewati Nabi Musa Alaihissalam. Dia berkata: ‘Selamat datang kepada Nabi yang shalih dan saudara yang shalih’. Saya bertanya: ‘Siapakah ini?’, Jibril menjawab: ‘Ini adalah Musa’. Kemudian saya melewati Nabi Isa. Dia berkata: ‘Selamat datang kepada Saudara yang shalih dan Nabi yang shalih’. Saya bertanya: ‘Siapakah ini?’. Jibril menjawab: ‘Ini adalah Isa’. Kemudian saya melewati Nabi Ibrahim. Dia berkata: ‘Selamat datang kepada Nabi yang shalih dan putera yang shalih’. Saya bertanya: ‘Siapakah ini?’, Jibril menjawab: ‘Ini adalah Ibrahim Shallallahu ‘alaihi wasallam‘. Kemudian saya terus dibawa naik hingga saya berada di atas dataran yang di situ saya mendengar suara goresan pena.
Kemudian Allah mewajibkan lima puluh kali shalat kepada umatku. Maka saya kembali dengan kewajiban itu hingga saya melewati Nabi Musa. Musa bertanya: ‘Apa yang diwajibkan Allah kepadamu untuk umatmu?’. Saya menjawab: ‘Dia mewajibkan lima puluh kali shalat’. Nabi Musa berkata: ‘Kembalilah kepada Tuhanmu! Sesungguhnya umatmu tidak akan kuat mengerjakan hal itu’. Maka Tuhanku memberi keringanan dengan menggugurkan sebagiannya. Kemudian saya kembali kepada Musa.
Saya berkata: ‘Allah sudah menggugurkan sebagiannya. Musa berkata: ‘Kembalilah pada Tuhanmu! Sesungguhnya umatmu tidak akan kuat melaksanakannya’. Saya kembali kepada Allah, maka Dia berkata: ‘Itu adalah lima kali. Tetapi lima puluh dalam pahalanya, sudah tidak akan diubah perkataanKu ini’. Lalu saya kembali kepada Musa. Dia berkata: ‘Kembalilah kepada Tuhanmu!’. Saya berkata: ‘Saya malu kepada Tuhanku’. Kemudian Jibril membawa saya hingga saya sampai di Sidratul Muntaha. Ia diselimuti banyak warna, saya tidak tahu apa itu. Kemudian saya dimasukkan dalam Surga. Rupanya Surga itu kubahnya terbuat dari mutiara dan tanahnya adalah kesturi.” (HR. Al-Bukhari, (8) Kitab Ash-Shalah, (1) Bab: Kaifa furidhat Ash-Shalaah fi Al-Israa’)
Kita wajib beriman dengan segala yang diberitakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,
juga terhadap naql (Hadis) yang sahih dari beliau. Baik kita
menyaksikannya atau tidak menyaksikannya. Kita yakin itu adalah haq dan
benar. Baik itu pada masalah yang bisa kita fahami atau tidak. Juga pada
masalah yang kita tidak mengetahui hakikat maknanya. Seperti peristiwa
Isra’ dan Mi’raj. Itu terjadi dalam kondisi sadarkan diri dan tidak
dalam tidur. Karena orang-orang Quraisy mengingkari dan mendustakannya.
Tentunya mereka tidak akan mendustakan jika terjadi dalam mimpi.
Abu Ja’far Ath-Thahawi Rahimahullah dalam Aqidah Thahawiyahnya berkata:
“Mi’raj adalah haq (benar) adanya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah diperjalankan pada waktu malam. Kemudian beliau dinaikkan dalam kondisi sadar ke langit. Kemudian terus lebih tinggi ke tempat mana pun yang dikehendaki Allah. Allah memuliakan beliau dengan apa pun yang dikehendakiNya. Kemudian Allah memberikan wahyu kepada Nabi. Sungguh hati tidak mendustakan apa yang dilihatnya. (QS. An-Najm: 11).Semoga shalawat Allah dan salamNya di Akhirat dan dunia senantiasa tersampaikan kepada Nabi.”
Isra’ Mi’raj ini terjadi pada satu malam yang sama. Inilah pendapat jumhur (mayoritas) ulama’. Dari Hadis Isra’ dan Mi’raj ini, menjadi jelas bagi kita bahwa kebanyakan ajaran Islam ini bersumber pada keimanan dan bukan pada nalar logika kita. Andaikan kita hanya mempercayai perkara yang diterima oleh akal kita, tentu kita mengingkari banyak ajaran Islam. Seperti iman kepada azab dan nikmat kubur, iman kepada Isra’ dan Mi’raj, iman kepada Surga, Neraka, dan sesungguhnya keduanya sekarang sudah ada, iman kepada Hari Kiamat, juga iman kepada seluruh yang ghaib lainnya.
Ibnu Hajar berkata: “Riwayat Abu Dzar ini sesuai dengan riwayat
Syarik dari Anas. Tapi yang benar pada seluruh riwayat adalah selain dua
riwayat ini. Yaitu keberadaan Nabi Ibrahim di langit ketujuh (bukan
langit keenam). Andaikan kami mengatakan Mi’raj terjadi dua kali maka di
sini tidak ada pertentangan. Tapi kami tidak mengatakannya. Sehingga
yang rajih adalah riwayat jama’ah (mayoritas). Yaitu yang menyatakan:
Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melihat Nabi Ibrahim Alaihissalam
menyandarkan punggungnya ke Al-Bait Al-Ma’mur. Sementara Al-Bait
Al-Ma’mur ini terdapat dalam langit ketujuh tanpa seorang ulama’ pun
yang menyalahi.”
Sesungguhnya makhluk yang pertama kali diciptakan adalah pena.
Meski tidak ada isyarat seperti itu dalam Hadis ini. Tapi Hadis ini
menjelaskan bahwa pena terus bekerja. Pena ini statusnya sama dengan
tangga yang digunakan Nabi naik ke langit. Yakni kita mengimani
hakikatnya tanpa menyibukkan diri untuk mengetahui sifatnya.
Hadis ini menunjukkan Allah Subhaanahu wa ta’ala berbicara langsung dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Bahkan beliau berulang kali mendatangiNya untuk meminta keringanan
jumlah shalat. Tapi beliau tidak pernah melihat Allah. Beliau hanya
melihat cahaya.
Termasuk tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,
sesungguhnya beliau shalat sebanyak empat puluh rakaat dalam sehari
semalam. Tujuh belas rakaat shalat wajib, sebelas rakaat shalat witir,
dan dua belas rakaat shalat rawatib.
Shalat yang diwajibkan hanya lima kali waktu. Adapun yang lain maka
tidak wajib, antara sunnah muakkadah, sunnah biasa, dan mandub. Adapun
shalat witir, ia tidak wajib tapi Nabi tidak pernah meninggalkannya baik
dalam kondisi safar maupun tidak safar. Namun shalat-shalat non wajib
statusnya penyempurna dan pelengkap bagi amal-amal wajib kita yang
kurang. Sehingga statusnya rugi jika hamba tidak mengerjakannya.
Dalam
sebuah Hadis Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari hamba pada Hari Kiamat adalah shalat wajib. Jika hamba sudah menyempurnakannya (maka itu sudah bagus), tapi jika tidak maka dikatakan: ‘Lihatlah! Apakah dia mempunyai ibadah tathawwu’?’. Jika dia memiliki ibadah tathawwu’ maka faridhahnya disempurnakan dari tathawuu’nya. Kemudian seluruh amal yang wajib (faridhah) diperlakukan seperti ini.”
Allahumma sholli wa sallim wa baarik 'alaa sayyidina Muhammad, Annuuri Dzaati wa sirri saarii fii saairil asmaa'i wa shifaati wa 'alaa aalihi wa shohbihii wa sallam..
Semoga bermanfa'at...
Written by: jalupangna
Wawasan spiritual dan blogging, Updated at: 00.42
Assalamu'alaika, terima kasih sudah berbagi pengetahuannya.
BalasHapus'alaika wa 'alayya salaam...sama-sama mas sampit. Semoga hikmah dibalik isra wal mi'roj, dengan hidayah dan inayahNya membawa kita menuju mi'raj ruhani yang hakiki...aamiin yaa mujiibassaailiin.
HapusSALAM KENAL (h) (h) (h) (h)
BalasHapus'alaikassalaam..salam kenal kembali mas indra. :)
HapusLuar biasa kang artikelnya, semoga kita semua dapat mencontoh beliau meskipun hanya sedikit saja. terimakasih banyak kang sudah berbagi.
BalasHapusTerima kasih banyak kang atas apresiasinya juga kunjungannya. Sama-sama, semoga..
HapusProduk dijamin asli
BalasHapusDINA SHOP : Barang yang Kami Tawarkan Semuanya Barang Asli Original Garansi Resmi Distributor dan Garansi TAM .
Semua Produk Kami Baru dan Msh Tersegel dLm BOX_nya.
BERMINAT HUB-SMS:0896-9198-6257 ATAU KLIK WEBSET RESMI KAMI http://dina-shop7.blogspot.com/
BlackBerry>Samsung>Nokia>Apple>Acer>Dell>Nikon>DLL
Dijual
Ready Stock !
BlackBerry 9380 Orlando - Black
Rp.900.000,-
Ready Stock !
BlackBerry Curve 8520 Gemini
Rp.500.000,-
Ready Stock !
BlackBerry Bold 9780 Onyx 2
Rp.800.000,-
Ready Stock !
Blackberry Curve 9320
Rp.700.000,-
Ready Stock !
Samsung Galaxy Tab 2 (7.0)
Rp. 1.000.000
Ready Stock !
Samsung Galaxy Nexus I9250 - Titanium Si
Rp.1.500.000,-
Ready Stock !
Samsung Galaxy Note N7000 - Pink
Rp.1.700.000
Ready Stock !
Samsung Galaxy Y S5360 GSM - Pure White
Rp.500.000,-
Ready Stock !
Nokia Lumia 800 - Matt Black
Rp.1.700.000,-
Ready Stock !
Nokia Lumia-710-white
Rp. 900.000,-
Ready Stock !
Nokia C2-06 Touch & Type - Dual GSM
Rp.450.000,-
Ready Stock !
Nokia Lumia 710 - Black
Rp. 900.000,-
Ready Stock !
Apple iPhone 4S 16GB (dari XL) - Black
Rp.1.200.000,-
Ready Stock !
Apple iPhone 4S 16GB (dari Telkomsel)
Rp.1.200.000,-
Ready Stock !
Apple iPod Touch 4 Gen 8GB
Rp.700.000
Ready Stock !
APPLE iPod Nano 8GB - Pink
Rp.500.000,-
Ready Stock !
Acer Aspire 4752-2332G50Mn Core i3 Win7 Home
Rp 1.300.000
Ready Stock !
Acer Aspire S3-951-2364G34iss
Rp. 1.200.000,-
Ready Stock !
Acer Aspire 5951G Core i7 2630 Win 7
Rp. 2.500.000,-
Ready Stock !
Acer Aspire 4755G Core i5 2430 Win 7 Home Premium Green
Rp. 2.500.000,-
Ready Stock !
Nikon D7000 kit 18-105mm
Rp.1.700.000
Ready Stock !
Nikon D90 Kit 18-105mm Vr
Rp 1.300.000
Ready Stock !
Nikon Coolpix L 120 Red
Rp. 900.000
Ready Stock !
Nikon Coolpix P 500 Black
Rp 1.000.000
Kalau masang iklan jgn kebanyakan, seharusnya saya dapat royalti dr bisnis anda..
Hapus