Menjadi manusia normal sungguh sulit dan berat. Ini karena manusia dianggap kuat mengemban amanah kerasulan sepanjang masa. Ia dianggap khalifah yang mampu menjadi pilar tegaknya kebenaran, keadilan dan keindahan.
Dalam sejarah, sebelum amanah ini diberikan kepada manusia Tuhan
sudah terlebih dulu menawarkan kepada semua jenis makhluk di muka bumi.
Ternyata, semua mahluk mengakui dirinya tidak mampu menggenggam amanah.
Kecuali, satu makhluk yang konon memiliki unsur paling lengkap di jagad
raya: Manusia.
Dalam diri manusia ada unsur cipta, rasa dan karsa. Ketiganya menjadi
alat manusia untuk meraba pergelaran alam semesta ini. Ini alat canggih
yang tidak dimiliki oleh malaikat, jin, maupun seonggok batu yang tentu
saja juga merupakan makhluk Tuhan.
Manusia perlu menganggap alam semesta sebagai teman dan sahabat,
jangan berdiri di atas alam semesta dengan angkuh, congkak dan sombong
dan merasa gumede, adigang adigung adiguna. Sikap menganggap diri lebih
hebat derajatnya daripada alam semesta akan membawa pada eksploitasi
alam. Alam dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga akhirnya rusak.
Kini, tugas
kita adalah menggenggam dan meneruskan amanah kekhalifahan yang mampu
menjadi pilar tegaknya kebenaran, keadilan dan keindahan di alam
semesta. Sebuah tugas berat dan mulia…
Saudaraku, mari kita perbanyak diri untuk bersabar
dan memperbaiki hati kita agar senantiasa berbaik sangka terhadap segala takdir
yang Allah berikan. Mari kita cermati, fahami, resapi baik-baik apa yang telah
difirmankan Allah kepada kita berikut:
"... Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Q.S. Al Baqarah (2) : 216
Jika kita bertanya dalam hati, "Mengapa Allah selalu
menimpakan ujian kepada orang-orang yang beriman?"
Maka Allah menjawab, "yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun."
Q.S. Al Mulk (67) : 2
Allah ingin tau siapakah diantara kita yang
paling baik disisi-Nya. Apakah saya, anda, atau justru orang lain? Atau bahkan
kita semua? Aamiin...
Saudaraku, sesungguhnya adzab Allah yang paling
besar adalah dengan membiarkan seseorang hidup bermewah-mewahan namun sedetik
pun ia tidak pernah merasakan manisnya Iman. Begitu banyak kebesaran Allah yang
ada disekitarnya, tetapi sedikit pun hatinya tidak pernah terpanggil untuk
mengingat-Nya. Ketika ia asik menikmati semua kesenangan dunia, lalu Allah
menimpakan adzab (kematian) secara tiba-tiba padanya. Inilah adzab terbesar
dari Allah kepada manusia.
Tidakkah kita ingat bagaimana kejadian yang dialami
oleh Rasulullah dengan sahabat-sahabat Anshar selepas perang Hunain? Dikatakan
bahwa setelah mendapatkan kemenangan yang besar dari perang Hunain, Rasulullah
saw. membagi-bagikan harta rampasan perang Hunain kepada orang-orang yang baru
saja masuk Islam dalam peristiwa Fathul Makkah (yang notabenenya mereka semua
termasuk kaum Quraisy, yang mempunyai kekerabatan yang sangat dekat dengan
Rasulullah) tanpa memberikan bagian kepada sahabat-sahabat Anshar. Diataranya
Beliau memberi 100 ekor unta kepada Al Aqra bin Habis. Beliau juga memberikan
Uyainah bin Hishn. Beliau memberi Abu Sufyan dan anaknya yang bernama
Mu'awiyah, Hakim bin Hazam, Al Harits bin Kaldah, Alqamah bin Alatsah, Shafwan
bin Umayah, dan lainnya. Hingga kaum Anshar berkomentar, "Demi Allah,
Rasulullah Saw. bertemu dengan anggota pasukan (maksudnya kerabat atau
keluarga)."
Lalu Sa'ad bin Ubbadah melaporkan kepada Rasulullah
dengan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya penduduk ini dari kalangan
Anshar. Mereka menyimpan benci kepada engkau di dalam jiwa mereka."
Beliau bertanya, "Kenapa?"
Ia menjawab, "Karena masalah yang berkenaan dengan cara engkau membagikan harta rampasan perang diantara kaum engkau dengan seluruh orang Arab. Mereka(Anshar) tidak menerima bagian dari semua tadi sedikit pun."
Mendengar jawaban itu Rasulullah segera mengumpulkan seluruh sahabat Anshar, lalu berkata, "Wahai seluruh kaum Anshar, kata-kata apa yang telah sampai kepadaku dari kalian? Apakah sebuah temuan yang kalian temukan dalam jiwa kalian, bahwa aku tidak kalian sukai? Bukankah ketika aku tiba di kalangan kalian, kalian dalam keadaan sesat, lalu Allah memberi kalian petunjuk. Kalian semua miskin, lalu kalian dijadikan kaya. Kalian semua bermusuhan, lalu hati kalian disatukan?"
Mereka (Anshar) menjawab, "Ya." Lalu Rasulullah bertanya, "Tidakkah kalian semua ingin membantahku?"
Beliau bertanya, "Kenapa?"
Ia menjawab, "Karena masalah yang berkenaan dengan cara engkau membagikan harta rampasan perang diantara kaum engkau dengan seluruh orang Arab. Mereka(Anshar) tidak menerima bagian dari semua tadi sedikit pun."
Mendengar jawaban itu Rasulullah segera mengumpulkan seluruh sahabat Anshar, lalu berkata, "Wahai seluruh kaum Anshar, kata-kata apa yang telah sampai kepadaku dari kalian? Apakah sebuah temuan yang kalian temukan dalam jiwa kalian, bahwa aku tidak kalian sukai? Bukankah ketika aku tiba di kalangan kalian, kalian dalam keadaan sesat, lalu Allah memberi kalian petunjuk. Kalian semua miskin, lalu kalian dijadikan kaya. Kalian semua bermusuhan, lalu hati kalian disatukan?"
Mereka (Anshar) menjawab, "Ya." Lalu Rasulullah bertanya, "Tidakkah kalian semua ingin membantahku?"
Mereka menjawab, " Membantah dengan apa wahai Rasulullah? Kepada Allah dan Rasul-Nya anugerah dan keutamaan."
Beliau berkata, "Demi Allah, jika kalian mau maka kalian dapat berkata dan kalian dibenarkan. Kami datang kepada kalian sebagai manusia-manusia terusir, lalu kalian mukimkan. Kami datang kepada kalian sebagai manusia-manusia miskin, lalu kami kalian beri. Kami datang kepada kalian sebagai manusia-manusia ketakutan, lalu kalian tenangkan. Kami datang kepada kalian sebagai manusia-manusia yang kalah, lalu kami kalian tolong."
Mereka berkata, "Anugerah adalah milik Allah dan Rasul-Nya."
Rasulullah bersabda, "Wahai seluruh kaum Anshar, apakah kalian tidak menyukai jika mereka pulang dengan mendapatkan sampah dunia yang dengannya aku ingin mengambil hati mereka karena baru saja masuk Islam, sedangkan kalian pulang bersama Allah dan Rasul-Nya? Demi Dzat yang aku berada ditangan-Nya, jika manusia meniti jalan dan kaum Anshar juga meniti jalan, tentu aku akan meniti jalan kaum Anshar. Jika tidak karena hijrah maka aku pasti menjadi salah satu dari kaum Anshar. Ya Allah, sayangilah kaum Anshar, anak-anak kaum Anshar, dan anak-anak dari anak-anak kaum Anshar."
Rasulullah pun menangis dan mereka juga ikut menangis hingga janggut mereka basah oleh air mata. Mereka lalu berkata, "Kami ridha dengan pembagian dari Allah dan Rasul-Nya."
Kisah di atas mengajarkan kepada kita sebuah pelajaran yang sangat berharga. Apakah kita lebih memilih kesenangan dunia daripada keridhaan Allah dan Rasul-Nya? Hanya masing-masing pribadi kitalah yang bisa menjawabnya.
"Allahmumma Sholli wa sallim wa baarik 'alaa sayyidina muhammad, An-nuuri dzaati wa sirri saari fii saairil asmaa'i wa shifati wa 'ala aalihi wa shohbihi wa sallam"...
Semoga bermanfa'at...
Written by: jalupangna
Wawasan spiritual dan blogging, Updated at: 11.29
Mantab sekali artikelnya , bos... salam kenal ya, lain kali aku kesini lagi, akses flexy lemod ,
BalasHapusterima kasih sobat atas apresiasi dan kunjungannya, salam kenal juga..
Hapus