15 Desember 2012

Bagaimana cara kita Berguru Pada Bambu

Posted at  21.32  |  in  wawasan umum





Sekalipun bambu meliuk diterpa angin, dia mempunyai pegangan, akarnya menghujam ketanah”.
~Lao Tse~

Suatu hari dalam kondisi yang putus asa seseorang memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya, bahkan berhenti dari hubungannya dengan sesama dan berhenti dari spiritualitasnya. Maka dia pergi ke hutan untuk bicara dengan Tuhan untuk yang terakhir kalinya. “Tuhan, berikan aku satu alasan untuk tidak berhenti” katanya.

Tuhan memberi jawaban yang mengejutkannya. “Lihat ke sekelilingmu”, kataNya.
“Apakah engkau memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada di hutan ini?” “Ya”, jawabnya.
Lalu Tuhan berkata, “Ketika pertama kali Aku menanam mereka, Aku menanam dan merawat benih-benih mereka dengan seksama. Aku beri mereka cahaya, Aku beri mereka air, dan pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat. Warna hijaunya yang menawan menutupi tanah, namun tidak ada yang terjadi dari benih bambu, tapi Aku tidak berhenti merawatnya.”
“Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi. Namun, tetap tidak ada yang terjadi dari benih bambu, tetapi Aku tidak menyerah terhadapnya.”
“Dalam tahun ketiga tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu tapi Aku tetap tidak menyerah. Begitu juga dengan tahun ke empat. ”
“Lalu pada tahun ke lima sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam tanah. Bandingkan dengan pakis, yang kelihatan begitu kecil dan sepertinya tidak berarti. Namun enam bulan kemudian, bambu ini tumbuh dengan mencapai ketinggian lebih dari 100 kaki. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya. Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan. Aku tidak akan memberikan ciptaanku tantangan yang tidak bisa mereka tangani.”
“Tahukah engkau anakKu, dari semua waktu pergumulanmu, sebenarnya engkau sedang menumbuhkan akar-akarmu? Aku tidak menyerah terhadap bambu itu, Aku juga tidak akan pernah menyerah terhadapmu”.
Tuhan berkata, “Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Bambu-bambu itu memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan pakis tapi keduanya tetap membuat hutan ini menjadi lebih indah.” “Saatmu akan tiba”, Tuhan mengatakan itu kepadanya. “Engkau akan tumbuh sangat tinggi.”

“Seberapa tinggi aku harus bertumbuh Tuhan?” tanyanya.
“Sampai seberapa tinggi bambu-bambu itu dapat tumbuh?” Tuhan balik bertanya. “Setinggi yang mereka mampu?” dia bertanya.
“Ya.” jawabNya “Muliakan Aku dengan pertumbuhan mu, setinggi yang engkau dapat capai.”
Lalu dia pergi meninggalkan hutan itu, menyadari bahwa Tuhan tidak akan pernah menyerah terhadapnya dan Dia juga tidak akan pernah menyerah terhadap Anda.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.“( QS Ali Imran : 190-191)
Bambu bisa menjadi salah satu sumber inspirasi bagi kita semua, itu dapat dilihat dari siklus hidupnya, yang menurut sebagian orang merupakan metafora siklus kehidupan manusia.
Sebelum tumbuh akar bambu lebih dulu mengutkan dirinya sendiri, meskipun berakar serabut, pohon bambu tahan terhadap terpaan angin kencang, dengan kelenturannya dia mampu bergoyang bak seorang penari balet, fleksibilitas itu lah bambu. gerak yang mengikuti arus angin tetapi tetap kokoh berdiri di tempatnya mengajarkan kita sikap hidup yang berpijak pada keteguhan hati dalam menjalani hidup walau penuh cobaan dan tantangan, namun tidak kaku.

Akar Bambu memiliki struktur yang unik karena terkait secara horizontal dan vertikal, sehingga dia tidak mudah ptah dan mampu berdiri kokoh untuk menahan erosi dan tanah longsor di sekitarnya, hikmah yang dapat kita ambil adalah bahwa agar kita mampu berguna baik untuk diri kita sendiri dan orang lain, sehingga akan membuat hidup kita lebih bermakna dan bermanfaat dalam kehidupan kita.
Bambu juga dapat di simbolkan sebagai sebuah siklus hidup manusia, contohnya setelah tunas tumbuh lalu keluar lah rebung, ini mengajarkan bagaimana kita perlu proses untuk menjadi lebih baik, dengan kesabaran, ketekunan, kegigihan dalam berusaha itu lah yang akan menjadi pintu kesuksesan seseorang, yah walaupun mungkin standar kesuksesan berbeda setiap orang, tapi itu bisa mengajarkan kita bagaimana cara berproses, hidup bukan sesuatu yang instan tapi dia berproses, tinggal bagaimana kita bisa menjadikan proses ini menjadi lebih berguna bagi kita semua.

Dari klasifikasinya, bambu tergolong dalam tanaman rumput. Tapi, bambu adalah rumput spektakuler. Tingginya terentang dari 30 cm sampai 30 meter. Ia sebuah tanaman rumput yang unik. Nah, inilah pelajarannya. Meskipun berlatar tanaman rumput, bambu menjadi beda lantaran karakternya. Kegunaan dan caranya bambu mengekspresikan dirinya menjadikan bambu sebagai rumput yang berbeda. Dalam kehidupan pun, latar belakang kita sebenarnya bukanlah penentu. Walau latar belakang kehidupan kita berasal dari rakyat jelata, atau dari strata akar rumput istilahnya. Tetapi, bagaimana kita berupaya mengekpresikan potensi diri, tidak peduli latar belakang yang ada. Itulah yang akhirnya, membuat kita menjadi pribadi yang luar biasa.

Kemampuan bambu untuk tumbuh ditempat yang sulit menyebabkan bambu tersebar dalam area yang sangat luas dari kawasan yang terbentang diantara 50 derajad lintang utara dan 47 derajad lintang selatan. Penyebaran yang luas memungkinkan banyak sekali penggunaan bambu untuk tujuan yang berbeda, sumpit di kawasan Asia Timur seperti jepang dan korea, bahan anyaman untuk wadah, perangkap ikan, sampai alat musik dan obor penerangan, ini mengajarkan kita bahwa dimanapun kita berada, dimana bumi dipijak, senantiasa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi lingkungan sekitar kita, sesulit apapun keadaan, tak ada kata menyerah untuk terus tumbuh, tak ada alasan untuk berlama-lama terpendam dalam keterbatasan, karena bagaimanapun pertumbuhan demi pertumbuhan harus diawali dari kemampuan untuk mempertahankan diri dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.

Bambu yang tumbuh di tengah rumpun biasanya lebih besar, tinggi, kuat, dan rimbun. Ia menjadi demikian karena Ia tumbuh di tengah keterbatasan untuk bisa menyerap sinar matahari sehingga Ia berjuang lebih keras untuk bisa memenuhi kebutuhannya. Di sisi lain, melihat fakta dan kenyataan, keterbatasan seringkali justru membuat kehancuran.
Apakah yang membuat keterbatasan dapat menghasilkan keperkasaan? Dan Apa juga yang membuatnya menjadi sebuah kehancuran?

Ada beberapa kejadian menarik yang saya baca belum lama ini yang mengingatkan saya tentang kisah bambu tersebut. Di antaranya adalah tentang Iran yang meluncurkan pesawat pengebom tanpa awak. Saya membacanya lewat berita yang saya baca di yahoo.com karena topik ini menjadi sebuah issu yang menarik perhatian dunia. Membuat banyak pejabat Israel beserta koleganya terancam, membuat perdebatan di PBB untuk memberikan sangsi. Meski misi utamanya adalah untuk “Persahabatan dan Perdamaian”, pesawat ini oleh Mahmoud Ahmadi Nejad disebut dengan nama “Duta Kematian”. Apakah memang Iran melakukan ini semua karena dalam posisi terjepit? Terhimpit oleh desakan dari mana-mana, sehingga harus berjuang keras untuk bisa menjadi lebih “tinggi: agar bisa bertahan hidup?

Lain lagi dengan kisah tentang seorang “The Last Mohican”, seorang lelaki Indian terakhir yang ditemukan di tengah rimba belantara Brazil – Seperti yang kita ketahui bahwa bangsa Indian, bangsa asli penduduk Amerika, tergeser dan hampir punah karena tanah kelahiran mereka “diduduki dan “dikuasai” oleh bangsa asing yang datang dari Eropa. Ia hidup dari satu pondok jerami ke jerami lain karena tidak ingin bertemu dengan “manusia” lainnya. Sendirian, tanpa busana, dan hanya ditemani panah, Ia berjuang untuk mempertahankan diri serta hidupnya. Dengan sendiri, tidak berarti Ia tidak bisa bertahan hidup. Apapun bisa dilakukan bila memang ada keinginan meski dalam keadaan “kalah”.
Seperti yang tertuang dalam artikel karya Bayu Kritianto yang bercerita tentang tarian hantu suku Indian, sebuah tarian yang menggambarkan anggapan keyakinan suku tersebut bahwa mereka bisa mengalahkan bangsa Eropa yang datang ke Amerika karena memiliki spirit (roh dan semangat) yang lebih kuat dari para pendatang itu. Sayangnya, spirit itu dipatahkan oleh senjata yang sengaja dibuat untuk mengalahkan semangat bangsa Indian. Oleh karena itulah, para pendatang itu bisa berkuasa.
Lain lagi bila mengamati kemampuan Amerika untuk bisa menguasai berbagai kebijakan di dunia. Salah satunya adalah kebijakan negara penghasil minyak dunia. Amerika tidak memiliki ladang minyak yang banyak dan bukan sebagai negara penghasil minyak terbesar di dunia. Amerika adalah negara konsumen terbesar yang paling banyak menghabiskan minyak dunia. Mereka menjadi kuat karena mereka harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Begitu juga dengan apa yang dilakukan oleh negara China, Jepang, dan Singapura. Mereka membangun negaranya menjadi sedemikian kuatnya karena keterbatasan yang mereka miliki. Bekerja keras dan kreatif membangun serta membentuk diri sehingga mereka bisa “tampil ke permukaan” dan mengalahkan para pesaingnya. Bagaimana dengan Indonesia?

Filosofi bambu mengajarkan bahwa keterbatasan bisa menghasilkan keperkasaan atau kehancuran, tergantung bagaimana mau menyikapinya. Perkasa karena memiliki semangat untuk berjuang agar kehidupan menjadi lebih baik atau hancur seperti bangsa Indian karena kehilangan spirit atau semangatnya. Spirit memang sebuah penggerak utama yang memberikan keinginan untuk maju, tetapi bila tidak diiringi kerja keras, semua itu pun menjadi sia-sia. Seperti juga yang diuraikan dalam ajaran Islam di surat Al Jumu’ah :” Apabila telah di tunaikan Shalat Jum’at, maka bertebaranlah kamu di muka bumi” (Ayat 10). Shalat jum’at itu spirit dan dengan menebarkannya di muka bumi itu tindakan aktif mewujudkan visi dan misi spirit.

Indonesia adalah negeri kaya, sebuah lagu zaman dulu menyebut :”Tanah ini tanah Surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman”. Namun Indonesia sangat tak di perhitungkan di tingkat dunia, baik dari segi ekonomi juga kekuatan politiknya. Sungguh sangat menyedihkan karena bangsa lain kebanyakan mengenal Indonesia karena fakta bahwa Indonesia merupakan Negara yang berpenduduk muslim terbanyak di dunia tetapi belum mampu menunjukkan sikap sebagai bangsa yang memiliki spirit yang tinggi. Padahal, seharusnya, dengan seringnya kita Shalat Jum’at dan mengulang ayat yang sama, spirit bangsa Indonesia haruslah menjulang tinggi.

Begitu banyak intisari kehidupan yang dituturkan oleh bambu. Begitu banyak pula perlambang-perlambang yang dibuat orang dari berbagai negara untuk mengabadikan ajaran-ajaran Tuhan lewat buku terbesar di dunia yang berjudul ALAM ini. Di China, bambu menjadi simbol umur panjang, di India menjadi simbol persahabatan, di Vietnam bambu dijadikan simbol kerja keras, optimisme kesatuan, dan kemampuan adaptasi. Vietnam bahkan mengabadikan pelajaran berharga dari sebatang bambu ini dengan sebuah peribahasa ”Ketika bambu tua, maka tunas baru akan muncul”. Ini berarti bahwa bangsa Vietnam tak akan pernah binasa, ketika generasi tua mati, maka muncul generasi yang lebih muda untuk menggantikannya.

Keluhuran nilai yang ditampilkan oleh bambu ternyata tak hanya lewat pitutur-pitutur lirih yang hanya dapat dilihat dengan mata batin yang tajam, tetapi juga disertai semangat tinggi seperti ketika sang bambu dipergunakan untuk senjata dalam perjuangan beberapa bangsa di Asia Tenggara. Pitutur-pitutur lirih itu juga disertai alunan merdu dari kulintang, seruling bambu, dan angklung yang tercipta dari batang bambu yang berongga. Dan, ketika kegelapan menyergap, bambu juga menyediakan tempat untuk menumpukan pelita yang biasa disebut obor oleh penggunanya. Sehingga, tak ada lagi alasan untuk mengutuk kegelapan. Nyalakan obor bambu sebagai penerang dan terus pelajari ajaran Tuhan yang tersembunyi di ALAM ini.

Referensi dari berbagai sumber.


Written by: jalupangna
Wawasan spiritual dan blogging, Updated at: 21.32
Anda menyukai postingan di atas? Silahkan di share..!
Blogging dan wawasan spiritual Post Author

Pengajar sekaligus pendidik di salah satu SMPN yang ada di daerah banten. seorang newbie blogger yang lagi belajar blogging. Strong will and effort adalah filosofi hidup saya agar supaya sukses dikemudian hari.

2 komentar:

  1. ber guru sama eyang bubur aja gan??
    hahahaa bercanda...

    BalasHapus
  2. @Saiful Anas haha...makasih mas, masih mending sama eyang bubur nanti lebih kompeten dibidang pembuatan bubur terutama bubur ayam dan bubur kacang ijo. :D thanks..

    BalasHapus

About Us-Privacy Policy-Contact us
Copyright © 2013 Wawasan spiritual dan blogging. Blogger Template by BloggerTheme9
Proudly Powered by Blogger.
back to top