28 Desember 2012

Kesadaran Spiritual (Ruh)

Posted at  14.41  |  in  wawasan umum


''Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'' Mereka berkata: ''Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?''. Tuhan berfirman: ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui''(Al-Baqarah:30)

maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS. Asy Syams: 8-10).
KEUTAMAAN MANUSIA
Keutamaan manusia yang paling utama ialah Allah menjadikan manusia sebagai ‘kholifah bumi’, artinya sebagai pengganti Allah s.w.t di muka bumi. Maksudnya, manusia merupakan sumber daya untuk melaksanakan segala kehendak-Nya agar terwujud suatu sebab dan akibat di muka bumi, atau dengan kata lain sebagai pelaksana terjadinya proses rahasia takdir yang sudah ditentukan Allah sejak zaman azali. Sebagai Penguasa Tunggal yang hakiki, Allah s.w.t telah memberikan mandat kepada manusia sejak zaman azali. Allah menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya:
َ“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (kholifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(QS.Baqoroh (2); 30).
Manusia sebagai kholifah bumi, juga mengindikasikan bahwa manusia dengan segala kemampuan yang dimiliki dijadikan oleh Allah s.w.t sebagai penguasa di muka bumi, atau menjadi sumber daya dan pengendali seluruh potensi bumi. Itulah keutamaan dan anugerah terbesar yang diberikan Allah s.w.t hanya kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lain.

Potensi pengendali bumi tersebut berupa suatu sistem (sunnatullah) yang letaknya berada di dalam jiwa manusia, merupakan kelebihan pribadi sebagai buah ibadah dan pengabdian hakiki yang datangnya semata-mata karena kehendak Allah. Barang siapa mampu mendapatkan dan mempergunakan sistem itu dengan baik dan benar, maka sesuai kapasitas kemampuan yang sudah dimiliki, seorang hamba yang sholeh berpotensi dapat mengaplikasikan sistem-sistem kehidupan yang beterbaran di alam semesta. Potensi sistem pengendali itu terdiri dari beberapa aspek:

1. Allah Menjadikan Malaikat Berpotensi Mengabdi Kepada Manusia.
Allah SWT. berfirman:

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (QS. (2); 34)
Malaikat merupakan makhluk yang tidak membutuhkan makan dan minum, tidak seperti makhluk lain, bahkan merupakan makhluk yang sangat tunduk kepada perintah Allah. Allah s.w.t menyatakan dengan firman-Nya: “Penjaganya (neraka) adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS.at-Tahrim; 6)

Dinyatakan dalam firman-Nya di atas (QS. (2) 34), makhluk yang tidak butuh makan-minum itu ternyata diciptakan Allah s.w.t sebagai pendamping hidup bagi manusia, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Oleh karena itu, bagi orang-orang beriman dan beramal sholeh, sadar ataupun tidak, sesungguhnya romantika kehidupan mereka sedikitpun tidak terlepas dari fungsi keberadaan malaikat ini. Sedangkan bagi para hamba yang `arifin, hamba Allah yang hatinya selalu dekat dengan sistem pemeliharaan dan tarbiyah azaliyah itu, keberadaan fungsi malaikat ini dijadikan sebagai bagian hidup yang sedikitpun tidak pernah ditinggalkan.

2. Allah Menciptakan Alam Semesta Berpotensi Dijinakkan Manusia
Potensi sumberdaya manusia sebagai pengendali kehidupan bumi itu tidak hanya dengan dijadikan-Nya malaikat tunduk kepada komando hati mereka saja, namun juga, bahkan langit dan bumi dengan segala isinya juga tercipta berpotensi untuk dijinakkan manusia.

Langit dan bumi serta segala kandungan di dalamnya, tercipta bagaikan rangkaian alat mekanik yang bertebaran di seluruh alam, ternyata dikendalikan oleh sistem (sunnah) pengendali dari pusatnya, hal itu sebagaimana yang ditegaskan Allah s.w.t dalam kandungan firman-Nya:
“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. (QS.Fush-Shilat (41); 11)
Ayat di atas telah mengungkap rahasia besar yang tersimpan di dalam kehidupan alam semesta, urusan Ilahiyah yang sudah ditetapkan sejak zaman azali, bahwa sejak langit dan bumi menjawab panggilan Allah Yang Maha Kuasa: “Kami datang dengan suka hati” (QS (41); 11). Maka sejak itu dan bahkan untuk selamanya sesuai dengan kehendak-Nya, seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi itu terkendali dengan satu sistem komando. Hanya dengan Urusan dan Ilmu Allah Yang Maha Perkasa, ketika Allah s.w.t memberikan komando dari sistem tersebut, maka seluruh perangkat yang ada itu, baik yang di bumi maupun yang di langit niscaya dengan serta merta menjalankan masing-masing fungsinya.

Sistem pusat komando itulah hati seorang kholifah bumi, dengan izin-Nya seorang kholifah bumi berpotensi menjinakkan potensi langit dan bumi itu. Allah s.w.t telah menyatakan dengan firman-Nya:
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir” (QS. Al-Jaatsiah; 13)
Dengan dua potensi besar tersebut, maka berarti seluruh makhluk yang ada di alam raya ini berpotensi ditundukkan oleh manusia, kecuali makhluk jin, yang jin memang tercipta sebagai musuh manusia. Namun demikian, sesungguhnya manusia tetap berpotensi dapat menundukkan musuh utamanya itu. Hanya saja, untuk dapat menundukkan jin tersebut manusia terlebih dahulu harus memiliki “sulthonan nashiiro” atau kekuatan penolong yang didatangkan Allah s.w.t kepada manusia. Tanpa kekuatan penolong tersebut justru manusia rentan dikuasai jin, terlebih bagi mereka yang sering bekerja sama dengan jin.

Diriwayatkan dalam sabda Nabi s.a.w, ketika Allah menyatakan cinta-Nya kepada seorang hamba, maka dengan serta merta seluruh makhluk yang ada ikut mencintai hamba tersebut. Dengan kecintaan tersebut, secara otomatis mampu menciptakan peluang yang lebih besar lagi bagi orang yang dicintai-Nya itu untuk mengomando sistem yang sudah tersedia baginya.

Potensi kecintaan seluruh makhluk kepada seorang hamba yang dicintai Allah s.w.t itu telah dinyatakan oleh sebuah Hadits Shahih riwayat Bukhari dan Muslim:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila Allah s.w.t mencintai seorang hamba niscaya memanggil Jibril a.s dan berfirman: Sesungguhnya Aku mencintai Fulan, oleh karena itu cintailah dia. Baginda Nabi s.a.w bersabda: Lalu Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyeru ahli langit dengan berkata: Allah telah mencintai Fulan, maka cintailah dia, sehingga semua ahli langit mencintainya. Baginda Nabi s.a.w bersabda: Kemudian orang tersebut diterima oleh semua golongan yang berada di muka bumi. Apabila Allah s.w.t memurkai seorang hamba, niscaya Dia juga akan memanggil Jibril a.s dan berfirman: Sesungguhnya Aku benci orang tersebut, oleh karena itu bencilah dia. Baginda Nabi s.a.w bersabda: Lalu Jibril membencinya. Kemudian Jibril menyeru ahli langit dengan berkata: Allah telah membenci orang tersebut, maka kamu semua membencilah kepadanya, sehingga semua ahli langit membencinya. Kemudian dia dibenci oleh semua penghuni bumi. (HR Bukhari dan Muslim)
Pernyataan dalam Hadis itu sejatinya adalah bahasa kias, di mana dengan perlambang itu manusia dapat membayangkan sendiri, betapa ketika seorang hamba dicintai Allah s.w.t maka Malaikat Jibril a.s dan seluruh makhluk, baik di bumi maupun di langit akan mencintainya. Dengan kecintaan tersebut berarti tumbuh semangat pengabdian. Bagaikan tentara-tentara yang setia, maka seluruh makhluk tersebut akan menjaga kekasihnya melebihi menjaga dirinya sendiri, sehingga dinyatakan oleh Allah di dalam firman-Nya: “Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik” (QS.az-Zumar; 34).

Seperti itulah keadaannya, ketika Allah s.w.t menghendaki Nabi Dawud a.s dijadikan sebagai kholifah bumi zamannya, maka Allah s.w.t berfirman:
يَادَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ

“Hai Dawud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu kholifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil”. (QS.Shood (38); 26)

Untuk mengatur kehidupan bumi, menggali dan mengendalikan segala potensinya, menegakkan keadilannya serta memberantas kezaliman dan keangkaramurkaan yang ada di atasnya, maka tugas pertama yang dilaksanakan Dawud a.s adalah membunuh Jalut yang perkasa, sebagaimana telah diabadikan Allah s.w.t dengan firman-Nya:
فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ وَءَاتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ

“Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Dawud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Dawud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya”.(QS. al-Baqoroh (2); 251)

Dalam sebuah riwayat, ketika Dawud a.s memutuskan untuk ikut bergabung menjadi tentara Tholut. Dalam perjalanan Dawud a.s bersama rombongannya ke medan perang, di tengah perjalanan ada tiga buah batu menyapa Dawud: “Hai Dawud, apakah engkau akan berperang melawan Jalut?, bawalah aku dan bunuhlah Jalut denganku”, maka diambillah ketiga buah batu itu oleh Dawud dan diletakkan di dalam ketapelnya. Dawud a.s merupakan orang yang terkenal sangat ahli menggunakan ketapel sebagai senjata.

Singkat cerita ketika masing-masing tentara sudah berhadapan di medan laga, ternyata Dawud a.s benar-benar berhasil membunuh Jalut dengan batu yang dibawanya itu, padahal Jalut adalah seorang raja yang sangat perkasa dan selalu dapat kemenangan di setiap peperangan yang dihadapinya. Jadi, tiga batu yang dibawa Dawud a.s tersebut adalah awal sebuah skenario dari sistem yang terkendali oleh rahasia perintah tersembunyi. Perintah Allah s.w.t Yang Maha Kuasa dengan Segala Kehendak-Nya. Ketika Dawud a.s dengan izin-Nya dapat membunuh Jalut, maka selanjutnya, “Allah memberikan kepadanya pemerintahan dan hikmah, serta mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya”(QS. (2); 251).

Walhasil, keutamaan manusia itu tidak hanya karena manusia mempunyai akal saja, sebagaimana yang difahami banyak kalangan, namun jauh lebih dari itu. Dengan akal dan ilmunya manusia sesungguhnya berpotensi menjinakkan sistem-sistem yang bertebaran di mukan bumi, bahkan di seluruh alam semesta ini. Di sini ada rahasia besar yang harus dikuak, sehingga manusia dapat memperoleh jatahnya itu. Siapa saja dapat mencapai kedudukan yang utama itu, asal mereka mengetahui ilmunya. Maka anda jangan heran jika anda menemukan seseorang bisa merubah batu menjadi emas atau tanah menjadi burung, hal itu karena terjadi atas ilmu dan izin Allah s.w.t. Allah yang menciptakan alam beserta hukum-hukumnya, maka hanya Allah pula yang mampu merubah keadaan ciptaanya tersebut.

Tinjauan modern mengenai Kesadaran Inti Ruh, Super Consciousnessness.
Artikel di tulis secara serial dalam status pak Yan Nurindra.

Superconsciousness #1 : Superconsciousness adalah salah satu kesadaran dapat merealisasikan suatu “Blue Print” yang dimiliki oleh setiap orang. Superconsciousness membuat seseorang bergerak, berpikir, sedemikian rupa, bahkan bertemu dengan hal-hal yang akhirnya membentuk realisasi penciptaan. Tanpa pengetahuan tentang Superconsciousness-pun setiap orang sudah dipandu oleh “Automatic Guidance System”-nya masing-masing yang merupakan sistem panduan utama yang berada di Superconsciousness, dan setiap orang sudah menciptakan realita berdasarkan “Blue Print” yang telah ada. Persoalan bahwa “Blue Print” ini adalah sesuatu yang diinginkan atau tidak oleh kesadaran biasa (consciousness) adalah persoalan yang berbeda. Memahami bagaimana mekanisme Superconsciousness tidak dapat dilakukan secara teoritis, melainkan harus melalui “awareness” dan keinginan yang kuat untuk memahaminya.

Superconsciousness #2 :
Untuk memahami fenomena Superconsciousness diperlukan “presupposition” (asumsi)bahwa alam semesta terselenggara dengan sangat sempurna, berisikan berbagai hukum yang selaras di berbagai dimensi, dan mengikat seluruh penghuninya, tanpa perduli jenis, bangsa, ras, agama, keyakinan. Di dalamnya termasuk hukum yang berlaku terhadap pikiran dan kesadaran. Hukum ini adalah “The Alchemy of The Universe” atau “Alkemia Alam Semesta”. Hukum ini tidak mengenal “baik” dan “buruk”, yang ada hanyalah soal “memenuhi hukum” atau “tidak memenuhi hukum”. Sesuatu apapun yang pernah tercipta di dunia ini, sebagus apapun, seburuk apapun, se-chaos apapun, pasti sudah memenuhi “The Alchemy of The Universe”.

Jika kita masih ragu atau bersikap dualisme terhadap asumsi keberadaan hukum ini, maka lupakan segera konsep Superconsciousness. Lebih baik pergunakan asumsi pribadi yang mungkin telah nyaman menemani hidup kita selama ini. 
Superconsciousness #3 :
“The Alchemy of The Universe” adalah tentang suatu hukum yang maha sempurna yang sudah dikaruniakan oleh sang “Prima Causa”, mulai dari hukum fisika, kimia, hukum metafisika, hukum pikiran, bahkan hukum-hukum yang belum dapat dipecahkan oleh pengetahuan terkini manusia. Semua fenomena penciptaan yang ada di alam semesta ini, termasuk kelahiran, kematian, penderitaan, keyakinan, doa, kebahagiaan, cinta, uang, perang, dan apapun bentuk-bentuk yang pernah muncul dan akan muncul di alam semesta ini, semuanya bergerak dalam keselarasan “The Alchemy of The Universe”.

Disebut sebagai “The Alchemy of The Universe”, karena semua mahluk yang ada di dalamnya adalah “Sang Alchemist” yang sengaja atau tidak sengaja telah berkreasi mencampur seluruh unsur-unsur alkemia ini sehingga menjadi realitas penciptaan. 
Superconsciousness #4 :
Pertanyaan bagi masing-masing kita. Apakah kita berani menempatkan diri kita sebagai “Sang Alchemist” yang memiliki kewenangan penuh untuk “memainkan” semua unsur “The Alchemy of The Universe”. Kewenangan yang luar biasa yang diberikan oleh Sang “Prima Causa” sebagai pemilik sejati dari “The Alchemy of The Universe”.

Berani menempatkan diri sebagai “Sang Alchemist” berarti berani untuk mengambil tanggung-jawab seluruh penciptaan yang sudah terjadi atau yang akan terjadi, berani untuk tidak menyalahkan siapapun atau situasi apapun, seburuk atau sebaik apapun penciptaan yang sudah terjadi atau akan terjadi. 

Diskusi :

Fathi Ridwan Basalamah II : Mengerti dahulu, kemudian beranikah kita memegang amanah dan tanggung jawab ??...Manusia, sudah diciptakan utk itu tentunya...Masalahnya kita harus belajar, utk betul2 menjadi bijaksana....Sejarah membuktikan, manusia dahulunya jahil, sekarang mereka berkembang menjadi lebih baik karena mereka belajar....

Mas A Muchyi : berani menempatkan diri sebagai sang alchemist tentu dapat mengendalikan penciptaan, kalau belum dapat mengendalikan penciptaan tetapi berani menempatkan diri sebagai sang alchemist gimana dong?

Yan Nurindra : Mas A Muchyi : Soal mengambil tanggung-jawab dan soal kemampuan adalah hal yang berbeda.

Mas A Muchyi : iya pak, itu yang belum bisa saya sentuh dengan keterbatasan logika saya, belum mampu tetapi sudah berani mengambil tanggung jawab. konon, segala sesuatu yang tidak diurus oleh ahlinya akan menemui kegagalan.

Yan Nurindra : Mas A Muchyi : Gini mas contoh yang gampang, saya tahun 2010 terkena Kanker Ginjal Stadium III, yaitu pasti hasil BLUE PRINT saya sendiri (saya memilih untuk bertanggung jawab). Soal bahwa saya nggak ingin terkena Kanker Ginjal adalah soal yang berbeda, itu persoalan ketrampilan permbuatan Blue Print. Dan pada hari ini Kanker Ginjal yang menimpa saya adalah sudah benar adanya, sudah benar-benar pada tempatnya, karena saya dapat memahami Grand Design yang lebih besar.

Mas A Muchyi : mengenai Grand Design, ini dapat saya pahami pak. Sudah ada penciptanya/pemiliknya. Kita hanya dapat memilih design yang selaras dengan Grand Design tersebut. Begitu pemahaman saya. Mohon koreksinya.

Yan Nurindra : Mas A Muchyi : Ini masih Grand Design dari kita sendiri, nggak sampai ke mana-mana. Setiap detik kita selalu mengkoreksi Grand Design kita sendiri, melalui berbagai pergerakan kesadaran dan pemikiran.

Mas A Muchyi : ooh itu yang dimaksud pak Yan Nurindra
kalau begitu tentu ada resultante akibat pengaruh grand design saudara2 kita terhadap grand design kita ya pak?

Yan Nurindra : Mas A Muchyi : Seluruh Superconsciousness manusia di seluruh dunia akan membentuk suatu realitas penciptaan bersama.

Mas A Muchyi : dan arahnya tidak bisa dikendalikan...

Yan Nurindra : Mas A Muchyi : Bisa dikendalikan, secara bertahap semakin dapat dikendalikan .... ini goal dari mengenali Superconsciousness kita sendiri ...

Superconsciousness #5 :
Untuk mulai memahami cara kerja Superconsciousness dan berbagai perangkat kesadaran yang terkait dengannya, maka kita harus dapat menempatkan diri menjadi “Sang Alchemist”, dan mulai berani untuk menyatakan kepada setiap penciptaan yang telah terjadi, termasuk penciptaan yang paling buruk dan menyedihkan sekalipun yang terjadi dalam hidup kita sebagai :
Semua hal yang terjadi pada diri saya PASTI adalah realisasi dari Blue Print yang telah saya buat, walaupun saya belum tahu dengan pasti bagaimana mekanisme Blue Print tercetak, tetapi pasti merupakan resultan atau ekspresi dari seluruh sistem kesadaran dan seluruh sumber daya yang berada dalam diri saya”.

Semua penciptaan yang telah terjadi dalam hidup saya, pasti ada maksudnya, dan sudah benar-benar pada tempatnya, dan pasti merupakan bagian dari Grand Design dari Blue Print yang saya buat untuk kehidupan saya”.
Jika kita sudah mulai dapat menyatakan hal semacam ini, maka secara perlahan-lahan kita akan dapat mulai merasakan apa yang dinamakan sebagai fenomena Superconsciousness.
Superconsciousness #6 :
Ketika kita sudah dapat memahami bahwa Superconsciousness adalah suatu kesadaran yang bertanggung jawab untuk merealisasikan setiap “Blue Print” yang kita buat, entah disengaja atau tidak disengaja, maka berikutnya kita boleh mulai bergerak untuk memahami bagaimana “Blue Print” ini terbentuk.

“Blue Print” merupakan ekspresi dari resultan yang sangat kompleks dari berbagai hal yang terdapat dalam diri manusia, meliputi : Self Image, Belief, Imprint, Competence, Need, Want, dll, dan semuanya merupakan program-program yang tidak saja terbentuk melalui verbal secara eksplisit, tetapi juga Self-Talk, bahkan salah satu komponen terkuat yang membentuk “Blue Print” ini adalah lintasan emosi-emosi dengan intensitas yang tinggi yang biasanya justru tidak disadari.

Menjadi “Sang Alchemist” berarti mulai menyadari kompleksitas proses yang terjadi di penyusunan “Blue Print”, sekaligus tetap mengambil alih tanggung-jawab bahwa tanpa upaya atau dengan upaya “Blue Print” tetap akan terbentuk.

Setelah “Sang Alchemist” berani bertanggung-jawab, maka ia dapat memasuki proses berikutnya, yaitu mulai “belajar” untuk menciptakan “Blue Print” yang benar-benar diinginkannya. 

Superconsciousness #7 :
Blue Print yang terdapat dalam diri setiap kita sangat banyak, mulai dari Blue Print yang bersifat global sampai dengan Blue Print yang bersifat detail.

Blue Print ini memiliki hirarki seperti halnya Undang-Undang, dimana berlaku Undang-Undang Dasar sebagai “payung” utama dari seluruh Undang-Undang dan Peraturan detail di bawahnya.

Blue Print tertinggi manusia merupakan ekspresi dari “Self Image” (citra diri) dari manusia itu sendiri. Suatu pandangan terhadap seseorang tentang dirinya sendiri, dan pandangan ini jauh berada di tingkatan Unconsconscious. Self Image merupakan batas utama apa yang dapat dicapai atau tidak dapat dicapai seseorang, apa yang dapat diciptakan atau tidak dapat diciptakan seseorang, apa yang dapat diperoleh atau tidak dapat diperoleh seseorang.

Self Image seperti halnya “tanda pengenal” atau “kartu identitas” utama yang kita perkenalkan ke Universe, tentang siapakah diri kita ?

Self Image merupakan istilah yang umum dan terdengar sederhana, tetapi percayalah bahwa mungkin kita membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk benar-benar “memahami” fenomena Self Image kita sendiri, itupun jika kita memahami caranya dan dapat berlaku jujur kepada diri kita sendiri.
Sumber: NaqsDNA

Written by: jalupangna
Wawasan spiritual dan blogging, Updated at: 14.41
Anda menyukai postingan di atas? Silahkan di share..!
Blogging dan wawasan spiritual Post Author

Pengajar sekaligus pendidik di salah satu SMPN yang ada di daerah banten. seorang newbie blogger yang lagi belajar blogging. Strong will and effort adalah filosofi hidup saya agar supaya sukses dikemudian hari.

0 komentar:

About Us-Privacy Policy-Contact us
Copyright © 2013 Wawasan spiritual dan blogging. Blogger Template by BloggerTheme9
Proudly Powered by Blogger.
back to top